WELCOME TO MY BLOG..... TERIMA KASIH UDAH MAMPIR

Maturnuwon jika bahannya kurang lengkap silahkan coment supaya kami bisa memperbaikinya Terima Kasih Alhamdulillah Jaza Kumullohu Khoiro

Senin, 12 April 2010

ASKEP GERONTIK STROKE

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK STROKE Tn. W


ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA Tn. W DENGAN STROKE

Nama mahasiswa : Eri Yanuar Akhmad B.S
Tempat praktek : Desa Gamping Tengah, Kecamatan Gamping, Yogyakarta
Tanggal : 15 – 20 Desember 2008

1. Identitas diri klien
Nama : Tn. W
Umur : 53 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Gamping Tengah, Kecamatan Gamping, Yogyakarta
Status perkawinan: Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Lama bekerja : 15 tahun
Sumber : Klien dan keluarga

I. Struktur keluarga
No Nama Umur JK Hub dg klien Pendd Pekerjaan Keterangan
1 Ny. I 46 th P Istri SLTA Swasta
2 Tn. Y 25 th L Anak SLTA Swasta
3 Ny. Y 23 th P Menantu SLTA Swasta








Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal 1 rmh
+ : Meninggal

III. Riwayat Keluarga
Keluarga klien ada yang menderita stroke yaitu kakak pertama.

IV. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama saat ini:
Klien tidak dapat berkomunikasi dengan baik, mengalami kelumpuhan di wajah dan extremitas gerak. Klien bedrest total.
2. Apa yang dipikirkan saat ini:
Tidak terkaji, klien tidak jelas bicaranya.
3. Siapa yang paling dipikirkan saat ini:
Tidak terkaji, klien tidak jelas biacranya.
4. Riwayat penyakit dahulu:
Klien jatuh 6 tahun yang lalu dari truk. Luka di kepala dan badan sebelah kanan. Lalu klien mengeluh lumpuh di sebelah kiri menjalar di sebelah kanan akhirnya lumpuh semua.

V. Pengkajian
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Istri klien mengatakan sehat itu adalah bila kondisi badan mempunyai kekuatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, dan keadaan sakit bila merasa tidak enak badan hingga tidak bisa bangun. Bila merasa sakit diobati sendiri dulu lalu jika tidak sembuh dibawa ke dokter.

2. Pola nutrisi
Jumlah : Frekuensi 2 x perhari. Makan utama nasi, biskuit, sayur-sayuran, daging, tahu, tempe. Minum kira-kira 6 gelas perhari air putih kadang kadang ditambah susu.
Jenis : Nasi, lauk nabati/hewani, sayur, buah, susu kadang-kadang , tidak ada alergi makanan. Jenis minuman: air putih dan teh, tidak pernah minum alkohol.

3. Pola eliminasi:
B.A.B : Tidak teratur, istri klien mengatakan biasanya seminggu sekali pada pagi hari. Keluhan tidak bisa menahan berak padahal jika pagi hari kadang klien sendiri. Jadi kadang berak di celana.
B.A.K: Teratur 3 - 4 kali sehari, Keluhan tidak bisa menahan pipis. padahal jika pagi hari kadang klien sendiri. Jadi kadang pipis di celana

4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah / berjalan V
Ambulasi / ROM V
Keterangan:
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien terbiasa tidur mulai pukul 08.00 sampai jam 10.00 saat tidak ada orang, jika malam klien sering pukul 01.00 klien terbangun dan tidak bisa tidur kembali, tetapi kadang bisa tidur kembali dan bangun tidur pukul 06.00.

6. Pola perceptual
Penglihatan : Dapat melihat dengan jelas, tidak pakai kaca mata.
Pendengaran : masih jelas untuk mendengar.
Pengecap : Masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam dan asin.
Sensasi :Masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri.

7. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri : Klien merasa pasrah dengan keadaannya saat ini.
b. Ideal diri : Klien merasa sudah pasrah kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
c. Harga dri : Klien merasa bahwa dirinya tidak berguna dan menjadi beban.
d. Identitas diri : Klien pasrah menerima keadaannya, malu dengan keadaannya.
e. Peran diri : Klien tidak mampu menjalankan peran sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.

8. Pola peran hubungan
Di dalam komunikasi sehari-hari klien mengalami hambatan karena tidak bisa bicara jelas dan lancar. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Klien tinggal bersama, 1 anak ,istri dan menantunya. Anak yang lain telah menikah dan tinggal tidak serumah dan jauh.

9. Pola managemen koping stress
Perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini adalah keadaan sakitnya. Keadaan sakit ini tidak bisa diatasi karena klien dan istri sudah habis biaya banyak untuk mengobati di RS tidak berhasil lalu ke alternatif juga tidak sehingga harta benda habis.



11. Sistem nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam, berusaha untuk menjalankan ajarannya. Sejak sakit, klien
tidak mengikuti kegiatan keagamaan.
VI. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik
- Tingkat kesadaran : Compos Mentis
- TD : 110/70mmHg. Nadi: 80x/menit, Respirasi : 20x/menit
- Temperatur : 36,5°C, BB : Tidak terkaji dan TB : 164 Cm
- Kepala : Kulit kepala dan rambut bersih
- Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis
- Thorak : Bentuk dada simetris, retraksi otot dada (-),turgor kulit baik,
- Abdomen : Tidak ada Ascites, tidak kembung, nyeri tekan(-)
- Ekstremitas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan dan kaki bersih.
2. Pemeriksaan Panca Indera
a. Penglihatan (mata) :
- Bola mata : simetris tidak ada kelainan
- Konjunctiva : tidak anemis
- Sklera : tidak ikterik
- Reflek pupil : +/+
- Visus : 6/6
b. Pendengaran(telinga) :
- Bentuk telinga simetris
- Nyeri tekan tidak ada
- Liang telinga : serumen tidak ada
- Gangguan pendengaran tidak ada.
c. Pengecapan( mulut )
- Gigi geligi kotor, gigi masih bagus, ada beberapa yang tanggal.
- Lidah bersih
- Sensasi rasa manis ,asin dan pahit(+)
d. Sensasi(kulit)
- Sensasi nyeri (+), sensasi taktil (+), sensasi suhu(+)
- Turgor kulit : baik

e. Penciuman(hidung)
- Lubang hidung simetris
- Septum nasi : lurus
- Konka : normal
- Tidak ada sekret.


VII. Analisa data
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS: Istri klien mengatakan klien tidak bisa menahan berak dan kencing padahal jika pagi hari tidak ada orang.
DO: Saat ditanya bisa menahan pipis atau berak, klien menggeleng
Defisit Self Care : toileting Kerusakan neuromuskular
DS: Istri klien mengatakan klien hanya tiduran saja, paling jika mandi klien dibawa ke kamar mandi
DO: Klien nampak tiduran di tempat tidur dan bedrest total
Gangguan Mobilitas Fisik Kerusakan muskuloskeletal & neuromuscular

VIII. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Self Care : toileting b.d Kerusakan neuromuskular.
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan muskuloskeletal & neuromuscular.

IX. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
Defisit Self Care : toileting b.d Kerusakan neuromuskular
TIU:
Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu klien dapat melakukan ADLS dengan bantuan
TIK: Setelah dilakukan 4 x kunjungan klien dapat :
1. Terbebas dari bau badan
2. dapat melakukan ADLS dengan bantuan
1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care
4. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan muskuloskeletal & neuromuscular TIU:
Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu klien mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas.
TIK:
Setelah dilakukan 4 kali kunjungan klien dapat:
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
1.Kaji faktor penyebab imobilitas
2.Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
3. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
4. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
5. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
6.Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.
5. Anjurkan klien untuk meningkatkan aktifitas fisik.



X. CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Waktu Implementasi Evaluasi
1 Senin 15 Desember 2008 j 12.00 – 12.45 - Mengkaji kemampuan Tn. W dalam toileting
S: Istri klien mengatakan klien tidak bisa menahan berak dan kencing padahal jika pagi hari tidak ada orang.
O: Klien ditanya apakah bisa menahan pipis atau berak,menggeleneg
A: Masalah belum teratasi
P: -pasang kondom kateter besok
-pasang pampers
1 Selasa, 16 Desember 2008 j 08.00 – 10.00 - Membersihkan linen klien
- Memasang kondom kateter
- Mengganti pakaian klien S: Klien mengatakan terima kasih dan merasa baikan.
O: Klien bersih, tidak ada bau badan, linen bersih.
A: Masalah teratasi sebagian
P: - ajari keluarga tentang perawatan kondom kateter
- pasang pampers
1 Rabu, 17 Desember 2008 j 08.00 – 09.00 - Melakukan perawatan kondom kateter
- Memasang pampers
- Memandikan klien S: Klien mengatakan terima kasih dan merasa sudah enak.
O: Kondom kateter terpasang, pampers terpasang, klien sudah bersih
A:Masalah teratasi.
P:- motivasi kepada keluarga untuk melakukan personal hygiene rutin tiap hari, membuang isi urine bag tiap hari.
1 Sabtu, 20 Desember 2008 j 10.00 – 11.00 Memotivasi keluarga untuk selalu memberikan perawatan kepada klien
Memberikan pujian keluarga atas kesanggupan dan keadaan sekarang. S: Keluarga sudah paham cara perawatan kateter kondom
O:Klien bersih, tidak bau, kateter kondom terpasang.
A: masalah teratasi
P: terminasi dengan baik












2. Senin 15 Desember 2008 j 12.00 – 12.45 - Melakukan pengkajian ke klien S : Klien mengatakan tidak bisa bergerak
O : Klien hanya berbaring saja di tempat tidur tidak mampu bergerak
A : Masalah belum teratasi
P :
- Ajarkan ROM pasif pada klien
- Bantu ROM pasif pada klien
2 Selasa, 16 Desember 2008 j 08.00 – 10.00 - Melatih ROM pasif pada klien S : Klien mengatakan keluarga tidak ada yang bisa melatih, klien mengucapkan terima kasih
O : Klien sudah mau berusaha menggerak-gerakan jarinya, klien sudah dilatih ROM
A: Masalah teratasi sebagian
P :
- Bantu ROM pasif
- Ajarkan ROM pada keluarga klien

2 Rabu, 17 Desember 2008 j 08.00 – 09.00 - Membantu ROM pasif pada klien
- Mengajarkan pada keluarga S : Klien mengucapkan terima kasih setelah dilatih baik.
Keluarga mengatakan akan berusaha melatih jika tidak sibuk
O : Klien masih belum bisa bergerak, tapi tetap cuma bisa menggerakkan jarinya
A : Masalah teratasi sebagian
P :
- Bantu ROM pasif
- Motivasi keluarga untuk melatih ROM
2 Sabtu, 20 Desember 2008 j 10.00 – 11.00 - Membantu ROM pasif pada klien
- Mengevaluasi pengetahuan keluarga S : Klien mengatakan terima kasih setelah dilatih dan merasa lebih baik.
Keluarga belum melatih karena belum ada waktu sibuk dan cape setelah bekerja tapi mampu melatih
O : Klien masih belum bisa bergerak, tapi tetap cuma bisa menggerakkan jarinya
A : Masalah teratasi sebagian
P :
- Motivasi keluarga
- Terminasi dengan baik

ASKEP GERONTIK ASMA

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Ny H DENGAN ASMA DI PTSW “BUDI LUHUR” KASONGAN, BANTUL, YOGYAKARTA



Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM
Stase Keperawatan Gerontik
















Disusun oleh :
ERI YANUAR AKHMAD B. S
04 / 176231 / KU / 11153




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA
2008
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY “ H“ DENGAN ASMA


Nama mahasiswa : Eri Yanuar Akhmad B.S
Tempat praktek : PTSW “Budi Luhur” Kasongan Bantul
Tanggal : 9 – 14 Desember 2008

I. Identitas diri klien
Nama : Ny “ H “
Umur : 86 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Karangtalun, Ngawis, Karangmojo, Gunung Kidul

Status perkawinan: Janda
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Lama bekerja : -
Sumber : Kelayan dan petugas panti
Tgl masuk panti : 25 Februari 2003

II. Riwayat Kelayan
1. Pekerjaan
Kelayan mengatakan dulu bekerja sebagai buruh tani tapi karena sudah tua di rumah saja dan karena tidak ada yang mengurus dimasukkan ke panti oleh anak-anaknya.

2. Masuk Panti
Kelayan mengatakan masuk panti karena anak-anaknya tidak mampu secara ekonomi untuk mengurus dirinya makanya dimasukkan ke panti.

3. Jumlah Keluarga yang masih ada
Kelayan mengatakan mempunyai tiga putra dan 7 cucu.



Genogram











Keterangan:

: Laki-laki
: Perempuan

: Klien

+ : Meninggal


III. Riwayat Keluarga

Kelayan menyatakan riwayat keluarga sehat – sehat saja,paling hanya batuk dan pilek saja.

IV. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama saat ini:
Pada saat dilakukan pengkaian kelayan mengatakan bahwa asmanya kumat dan merasa sesak.

2. Apa yang dipikirkan saat ini:
Kelayan mengatakan bahwa tidak ada yang dipikirkan saat ini cuma asmanya saja yang sering menghambat aktivitas sehari-harinya.


3. Siapa yang paling dipikirkan saat ini:
Kelayan mengatakan tidak ada yang paling dipikirkan karena keluarganya juga kemarin sudah menjenguk waktu lebaran.

4. Riwayat penyakit dahulu:
Kelayan mengatakan bahwa menderita asma sejak berumur 5 tahun, dan merasa belum pernah menderita penyakit apapun yang berat kecuali asma.

V. Pengkajian
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kelayan mengatakan sehat itu adalah bila tidak mengalami suatu penyakit yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari.
dan keadaan sakit bila merasa badannya tidak enak hingga tidak bisa bangun.
Bila merasa sakit akan periksa oleh petugas di poliklinik panti dan diberi obat sementara sebelum diperiksa oleh dokter pada setiap hari rabu.
Kelayan mengatakan merasa bersyukur karena masih diberi kesehatan sampai usia tua ini.

2. Pola nutrisi
Jumlah : 3 x sehari, sesuai jatah panti. Kelayan menyatakan nafsu makannya baik dan selalu menghabiskan porsi yang diberikan. Kelayan tidak mempunyai pantangan makan. Kelayan minum 4 – 5 x sehari air putih dan segelas teh manis.

3. Pola eliminasi:
Kelayan mengatakan BAB biasanya 3 hari sekali. BAB lancer tidak sembelit. BAK lancar, dengan frekuensi 5-6 x sehari


4. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah / berjalan V
Ambulasi / ROM V
Keterangan:
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.

5. Pola tidur dan istirahat
Kelayan tidur sekitar 5-7 jam perhari, kadang terbangun pada malam hari dan dapat tidur kembali. Kelayan tidak pernah tidur siang.

6. Pola perceptual
Penglihatan : Kelayan mengatakan masih bisa melihat dengan jelas bahkan jarak jauh sekalipun.

Pendengaran : masih dapat mendengar dengan jelas, tidak menggunakan alat bantu dengar.

Pengecap : Masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam dan asin.

Sensasi : Masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri.

7. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri
Kelayan merasa tidak terganggu dengan keadaanya/penampilan sekarang ini, kelayan merasa tetap bersyukur dengan bagaimanapun keadaan tubuhnya, asalkan sehat walaupun kadang nafasnya tesengal-sengal.
b. Ideal diri
Kelayan merasa keadaannya tidak mengganggu semangat untuk mencari keselamatan untuk kehidupannya diakhirat nanti.
c. Harga dri :
Kelayan merasa mempunyai kepuasan dan kebanggaan terhadap dirinya walaupun mengalami asma, karena masih merasa mampu merawat dirinya sendiri bila dibandingkan dengan yang lainnya.
d. Identitas diri
Kelayan sudah menerima keadaannya, tidak merasa malu dengan keadaannya, menerima dan masih merasa diperhatikan oleh petugas dan teman-temannya satu wisma
e. Peran diri :
Kelayan masih mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya mencuci pakaian, mengambil makanan dari dapur.

8. Pola peran hubungan
Di dalam komunikasi sehari-hari kelayan tidak mengalami hambatan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa. Hubungan komunikasi dengan kelayan lainnya maupun petugas baik, kelayan cukup ramah dan pembawaannya tenang.

9. Pola managemen koping stress
Kelayan selalu pasrah kepada Tuhan atas apapun yang terjadi.

10. Sistem nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam, berusaha untuk menjalankan ajarannya. Klien juga rajin mengikuti kegiatan keagamaan. Kelayan selalu sholat tepat 5 waktu jika asmanya tidak kumat.









VI. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik
 Tingkat kesadaran : Compos Mentis
 TD : 170/90 mmHg. Nadi: 88 x/menit, Respirasi 30 x/menit
 Temperatur : 36.5°C, BB : 35 Kg dan TB : 156 Cm
 Kepala : Kulit kepala dan rambut bersih
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis
 Thorak : Bentuk dada simetris, retraksi otot dada (+),turgor kulit baik, suara paru :wheezing.
 Abdomen : Tidak ada Ascites, tidak kembung, nyeri tekan (- )
 Ekstremitas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan dan kaki bersih.
2. Pemeriksaan Panca Indera
a. Penglihatan (mata) :
- Bola mata : simetris tidak ada kelainan
- Konjunctiva : tidak anemis
- Sklera : tidak ikterik
- Reflek pupil : +/+
- Visus : 6/6
b. Pendengaran(telinga) :
- Bentuk telinga simetris
- Nyeri tekan tidak ada
- Liang telinga : serumen tidak ada
- Gangguan pendengaran tidak ada.
c. Pengecapan( mulut )
- Gigi geligi ada yang goyang dan dirasakan nyeri, ada beberapa yang tanggal.
- Lidah bersih
- Sensasi rasa manis ,asin dan pahit(+)
d. Sensasi(kulit)
- Sensasi nyeri (+), sensasi taktil (+), sensasi suhu (+)
- Turgor kulit : baik
e. Penciuman(hidung)
- Lubang hidung simetris
- Septum nasi : lurus
- Konka : normal
- Tidak ada sekret.

VII. Analisa data
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS: Kelayan mengatakan giginya yang goyang rasanya sakit sekali, membuat susah tidur

DO: Gigi klien terlihat goyang
Nyeri akut Agen Injury fisik
DS:Kelayan mengatakan susah jika asmanya kumat dan tidak bisa bernafas dan beraktifitas seperti saat ini

DO : RR : 32 x/ menit, terdengar wheezing, klien tampak sesak nafas Pola nafas tidak efektif Hiperventilasi


VIII. Diagnosa Sesuai Prioritas
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Injury fisik.


RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi TIU:
Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif, menunjukkan jalan nafas yang paten secara mandiri.
TIK: Setelah dilakukan 3 hari perawatan kelayan dapat mendemonstrasikan nafas dalam, menunjukkan jalan nafas yang paten. 1.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
2. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
3. Monitor pola pernapasan abnormal
4.Ajarkan nafas dalam.

Nyeri akut berhubungan dengan Agen Injury fisik TIU:
Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu kelayan mampu mengontrol nyeri.
TIK:
Setelah dilakukan 3 hari perawatan kelayan dapat tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
4. Tingkatkan istirahat

CATATAN PERKEMBANGAN

NO DX WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Selasa, 9 Desember 2008 j. 08.00 – 14.00 1.Mengkaji kelayan secara komprehensif
2.Memotivasi kelayan untuk memeriksakan di poliklinik.
3.Mengajarkan nafas dalam

S: Kelayan mengatakan memiliki riwayat asma, dan sekarang sedang sesak
O:Kelayan tidur dengan posisi sujud, RR :30 x/menit, wheezing saat diauskultasi
A: Masalah belum teratasi
P:- Ajarkan nafas dalam
- Motivasi ke poliklinik


1.
Rabu, 10 Desember 2008 jam 08.00 – 14.00

1.Mengkaji kelayan secara komprehensif
2.Pengawasan minum obat (pagi)
3. Menganjurkan nafas dalam dan istirahat
4.Pengawasan minum obat (siang)


S: Kelayan me ngatakan masih sesak tapi tidak seberat kemarin karena sudah minum obat dan melakukan nafas dalam.
O: Kelayan mendemonstrasikan nafas dalam, minum obat, dan auskultasi terdengar wheezing, RR : 26 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P:- Motivasi nafas dalam saat sesak nafas memberat
- Motivasi istirahat
- Motivasi minum obat teratur

1. Kamis, 11 Desember 2008 jam 08.00. 14.00 1. Mengkaji kelayan secara komprehensif.
2. Pengawasan minum obat (pagi)
3. Motivasi nafas dalam saat sesak nafas dan istirahat
4. Pengawasan minum obat (siang)
5. Melakukan evaluasi S: Kelayan mengatakan keadaannya baik, berusaha untuk melaksanakan anjuran perawat dan mengucapkan terimakasih.
O: KU: baik, kelayan terlihat antusias dengan anjuran perawat, RR : 20 x/menit
A: Masalah teratasi
P:- Motivasi nafas dalam dan isatirahat jika kambuh
- Motivasi minum obat teratur
- Jika kambuh dan obat habis segera ke poliklinik.

2. Selasa,9 Desember 2008 j. 08.00 – 14.00 1. Mengkaji kelayan secara komprehensif
2. Mengajarkan nafas dalam
3. Motivasi periksa ke poliklinik
4. Motivasi istirahat
5. Kompres hangat di pipi
S : Kelayan menyatakan nyeri di bagian gigi, terus menerus, dan pengen dicabut ke pusksesmas tapi nunggu panti
O : Gigi kelayan goyang di bagian depan dan geraham belakang
A: Masalah belum teratasi
P :- Motivasi nafas dalam
- Konsul ke panti
- Motivasi ke poliklinik
2. Rabu, 10 Desember 2008 jam 08.00 – 14.00
1. Mengkaji kelayan secara komprehensif
2. Motivasi nafas dalam
3. Pengawasan minum obat (pagi)
4. Motivasi nafas dalam dan istirahat
5. Pengawasan minum obat (siang)
6. Konsul panti
7. Memberikan reinforcement positif atas yang telah dilakukan S : Kelayan mengatakan masih nyeri dan berkurang sedikit setelah minum obat (analgesik) dari poliklinik dan nafas dalam
O : Gigi kelayan goyang, minum obat, kata panti belum ada yang mengantar karena tidak ada fasilitas transport dan hujan,melakukan nafas dalam
A : Masalah teratasi sebagian
P : - Motivasi nafas dalam
- Motivasi minum obat
- Motivasi istirahat

2. Kamis,11 Desember 2008 jam 08.00. 14.00 1. Mengkaji kelayan secara komprehensif
2. Pengawasan minum obat (pagi)
3. Motivasi istirahat
4. Pengawasan minum obat (siang)
5. Memberikan reinforcement positif atas yang telah dilakukan S : Kelayan mengatakan sudah tidak terasa nyeri dan hilang setelah minum obat (analgesik) dari poliklinik.
O : Gigi kelayan masih goyang, kelayan sudah minum obat.
A : Masalah teratasi
P : - Motivasi nafas dalam
- Motivasi minum obat
- Motivasi istirahat
- Motivasi klien untuk proaktif ke poliklinik minta dicabut giginya.

PENYAKIT LANSIA

PENYAKIT YANG
SERING TERJADI PADA LANSIA

Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga terdapat berbagai keadaan yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru

MASALAH FISIK SEHARI-HARI YANG SERING DITEMUKAN PADA LANSIA
1. Mudah jatuh
a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 1996).
b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya.
2. Mudah lelah, disebabkan oleh :
 Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi
 Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll
 Pengaruh obat: sedasi, hipnotik
3. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi, dsb
4. Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb
5. Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia
6. Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis
7. Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb
8. Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal, dsb.
9. Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit
10. Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran cerna, faktor sosio-ekonomi
11. Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis
12. Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan rektum
13. Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata
14. Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mental
15. Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi, irritabilitas)
16. Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb
17. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ggn sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal
18. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis, alergi

KARAKTERISTIK PENYAKIT LANSIA DI INDONESIA
1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis
2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb

PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Selain gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit kronik degeratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
a. Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.


b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
d. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
e. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.
f. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.
g. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.




ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
 Pengelompokan askep dasar pada lansia
 Aktif  support personal hygiene
 Pasif  total care
 Lansia potensial mengalami decubitus
 Penyebab: immobilisasi, defisit jaringan lemak, defisit jaringan kolagen
 Faktor intrinsic: status gizi, anemia, hipoalbuminemia, penyakit neurologik, penyakit pemb. Darah, dehidrasi
 Faktor extrinsic: kurang bersih tempat tidur, alat tenun yang kusut dan kotor, defisit personal hygiene
 Pengelompokan decubitus
 Derajat I: terbatas pada epidermis
Perawatan: bersihkan dgn air hangat dan sabun, lotion, masase 2-3 x/h, perubahan posisi
 Derajat II: mencapai dermis – subkutan
Perawatan: perawatan luka aseptik & antiseptik, gosok dgn es dan dihembus udara hangat bergantian, pengobatan topikal, dibalut
 Derajat III: meliputi jaringan lemak subkutan dan cekung, berbau
Perawatan: debridement, pertahankan sirkulasi & oksigenasi
 Derajat IV: meluas sampai ke tulang
Perawatan: debridement, perawatan luka aseptik & antiseptik, transplantasi kulit setempat (bila memungkinkan)
PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA
1. Pendekatan fisik terdiri dari aktif – pasif
2. Pendekatan piskis menggunakan komunikasi edukatif
3. Pendekatan sosial dengan cara diskusi, sharing perception
4. Pendekatan spiritual dengan peace

TUJUAN ASKEP
1. Kemandirian yaitu health promotion, preventive, maintenance
2. Mempertahankan kesehatan
3. Mempertahankan semangat hidup (life support)
4. Menolong dan merawat klien lansia yang mengalami sakit
5. Merangsang petugas kesehatan mengenal & menegakkan diagnosa yang tepat
FOKUS ASKEP
1. Health promotion
2. Prevention disease
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. mengatasi gangguan kesehatan yang umum
PENGKAJIAN
 Tujuan
o Menentukan kemampuan klien memelihara diri sendiri
o Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
o Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
o Memberi waktu kepada klien untuk menjawab
 Meliputi: fisik, psikologis, ekonomi, spiritual
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Fisik
o Gangguan nutrisi : defisit/over
o Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan
o Defisit knowledge
o Resti cedera fisik
o Gangguan pola tidur
o Perubahan pola eliminasi
o Gangguan mobilitas fisik
 Psikologis: Isolasi sosial, Menarik diri, Depresi, Harga diri rendah, Coping tidak adekuat
 Spiritual: reaksi berkabung/berduka, penolakan terhadap proses penuaan, marah terhadap Tuhan, perasaan tidak tenang
RENCANA KEPERAWATAN
¥ Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
1. Penyebab
 Penurunan alat penghiduan dan pengecapan
 Organ pengunyah kurang sempurna
 Rasa penuh pada perut dan susah BAB
 Melemah otot-otot lambung dan usus
2. Masalah gizi: berlebihan, berkurang, kekurangan/kelebihan vitamin
3. Kebutuhan nutrisi
 Kalori ? 2100 kal pada laki-laki, 1700 kal pada wanita
 Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan
 Lemak tidak dianjurkan, 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan
 Protein 20-25% dari total protein yang dibutuhkan
 Vitamin dan mineral sama dengan usia muda
 Air 6-8 gelas/h
4. Rencana tindakan
a. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
b. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin
c. Berikan makanan yang mengandung serat
d. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
e. Batasi minum kopi dan teh

¥ Peningkatan keamanan dan keselamatan
1. Penyebab
 Fleksibilitas kaki yang berkurang
 Fungsi penginderaan dan pendengaran yang menurun
 Pencahayaan yang berkurang
 Lantai licin dan tidak rata
 Tangga tidak ada pengaman
 Kursi/ tempat tidur yang mudah bergerak
2. Tindakan mencegah kecelakaan
a. Klien :
 Anjurkan klien menggunakan alat bantu (sesuai indikasi)
 Latih untuk pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya
 Biasakan gunakan pengaman tempat tidur, jika tidur
 Bantu klien bila ke kamar mandi
 Usahakan ada yang menemani ketika berpergian
b. Lingkungan :
 Tempatkan di tempat khusus yang mudah diobservasi
 Letakkan bel di bawah bantal & ajarkan cara menggunakannya
 Tempat tidur tidak terlalu tinggi
 Letakkan meja dekat tempat tidur, atur peralatan mudah pakai
 Lantai bersih, rata, tidak licin dan basah serta pasang pegangan kamar Mandi
 Kunci semua peralatan yang menggunakan roda
 Hindarkan lampu redup dan menyilaukan
 Gunakan sandal atau sepatu yang beralaskan karet

¥ Memelihara kebersihan diri
1. Penyebab
 Penurunan daya ingat
 Kurangnya motivasi
 Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
2. Rencana tindakan
a. Mengingatkan/membantu melakukan personal hygiene
b. Menganjurkan gunakan sabun lunak mengandung minyak/skin lotion

¥ Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
1. Penyebab
 Personal hygiene kurang  gatal-gatal
 Ggn psikologisinsomsia
 Faktor lingkungan kebisingan, ventilasi dan sirkulasi Kelemahan dan ketidakmampuan fisik
2. Rencana tindakan
a. Menyediakan tempat/ waktu tidur yang nyaman
b. Mengatur lingkungan yang adekuat
c. Latihan fisik ringan memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot
d. Minum hangat sebelum tidur

¥ Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
1. Penyebab
 daya ingat menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga
2. Rencana tindakan :
a. Berkomunikasi dengan mempertahankan kontak mata
b. Mengingatkan terhadap kegiatan yang akan dilakukan
c. Menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan klien
d. Memberi kesempatan untuk mengekspresikan diri
e. Melibatkan klien dalam kegiatan sesuai kemampuan
f. Menghargai pendapat klien

TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Menumbuhkan dan membina rasa saling percaya
2. Penerangan cukup
3. Meningkatkan ransangan panca indera  membaca, rekreasi
4. Mempertahankan dan latih daya orientasi nyatakalender, jam
5. Berikan perawatan sirkulasi
6. Berikan perawatan pernafasan
7. Berikan perawatan pada alat pencernaan
 Berikan perawatan genitourinaria
 Berikan perawatan kulit

Daftar Pustaka
Darmojo, Boedhi,et al.2000.Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Lueckenotte. 1997. Pengkajian Gerontologi edisi 2.EGC: Jakarta

www.google.com. Keyword: Penyakit yang Sering Muncul pada Lansia. Diakses tanggal 12 September 2009 pukul 12.16 WIB

KONSEP LANSIA

PEMBIMBING : ERFANDY

LANSIA DAN MASYARAKAT
Konsep Lansia
Pengertian
Menurut Constantinidies,1994 menua ( menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho,2000:13).Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan ( middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut ( elderly ) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua ( very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.

Teori – teori Proses Menua
Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
3. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi dari produk sisa”.
5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit.
8. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel –sel mati.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penuaan
Meliputi : hereditas adalah keturunan atau genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stres.

Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan – perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testosteron
11. Sistem kulit
a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

12. Sistem muskoloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

Permasalahan yang timbul Pada Lansia
Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia

Upaya Mengatasi Permasalahan Kesehatan Lansia
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan lansia, upaya yang dilakukan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi :
a. Upaya pembinaan kesehatan
b. Upaya pelayanan kesehatan, meliputi: upaya promotif, upaya preventif, upaya diagnosa dini dan pengobatan, pencegahan kecacatan, upaya rehabilitatif, upaya perawatan dan upaya pelembagaan lanjut usia ( Setiabudhi,1999).














MASYARAKAT
 Pengertian Masyarakat
o Istilah Masyarakat berasal dari bahasa Arab yang berarti ikut serta, berpartisipasi
o Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami teritorial tertentu dan adanya sifat-sifat yang saling tergantung, adanya pembagian kerja dan kebudayaan bersama (mac laver, 1957)
o Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, saling beriteraksi

 Ciri-ciri Masyarakat

Ciri-ciri suatu Masyarakat menurut Koentjaraningrat, 1990 adalah :
a. Interaksi diantara sesama anggota masyarakat.
b. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
c. Saling tergantung satu dengan lainnya
d. Memiliki adat istiadat tertentu/ kebudayaan
e. Memiliki identitas bersama
 Unit-unit dalam masyarakat adalah meliputi :
o Komuniti, keluarga, kelompok yang mempunyai tujuan dan nilai yang sama
 Masyarakat sebagai sistem sosial menunjukkan bahwa semua orang bersatu untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama, dan berfungsi sebagai suatu kesatuan dan secara terus menerus mengadakan hubungan (interaksi) dengan sistem yang lebih besar.
 Bagian-bagian yang saling beriteraksi tersebut merupakan sub sistem dari komuniti seperti:
o Pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan keluarga

KOMUNITAS
 Pengertian Komunitas :
o Koentjaraningrat (1990) mendifinisikan komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah nyata dan yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu komunitas.

 Ciri-ciri Komunitas :

Sama seperti masyarakat, komunitas juga mempunyai ciri-ciri yaitu :

a. Kesatuan wilayah
b. Kesatuan adat istiadat
c. Rasa identitas komunitas
d. Loyalitas terhadap komunitas

 Pengertian Kelompok :
o Kelompok adalah pengelompokan manusia ke dalam wadah-wadah tertentu, merupakan bentuk kehiduan bersama, yang dilandasi oleh kriteria tertentu seperti usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, pekerjaan dan kepentingan-kepentingan tertentu dalam bidang kesehatan atau keperawatan karena adanya kebutuhan yang sama untuk mencapai sesuatu tujuan yang diinginkan.

 Pengertian Kelompok Khusus :
o Kelompok khusus adalah sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik, mental maupun sosial budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan mereka memelihara kesehatan dan keperawatan diri sendiri.

 Kriteria Kelompok :
Soerjono Soekanto (1982) menyusun berbagai klasifikasi kriteria / ukuran kelompok sosial dalam masyarakat yaitu :
- Besar kecilnya jumlah kelompok sosial
- Derajat interaksi dalam kelompok sosial tersebut
- Kepentingan dan wilayah
- Berlangsungnya suatu kepentingan
- Derajat organisasi.
- Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial dan tujuan


 Persyaratan Kelompok :
Soerjono Soekanto (1982) menetapkan beberapa persyaratan dalam kelompok sosial, antara lain :
a. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan
b. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain
c. Terdapat suatu faktor yang memiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu sehingga diantara mereka bertambah erat dan faktor tersebut adalah :
 Nasib yang sama
 Kepentingan yang sama
 Tujuan yang sama
 Berstruktur , berkaedah dan
 Mempunyai pola perilaku

 Pengertian Perawatan Kesehatan Masyarakat
 Menurut World Health Orgenization (WHO, 1959) :
o Perawatan kesehatan masyarakat adalah : lapangan perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkat kan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan enyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada keluarga yang sehat, individu yang sakit dan tidak dirawat dirumah sakit beserta keluarganya, kelompok masyarakat khusus yang mempunyai masalah kesehatan dimana hal tersebut akan mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

 Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara bekesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal. Sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. (Rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat, 1990) :

 Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh erawat, dengan mengikutsertakan team kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1986)


DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahyudi, 2000. Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC.
Efendi, Nasrul, 1998. Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat edisi kedua. Jakarta : EGC.

ASKEP GERONTIK KATARAK (KTI)

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kertha wara nugraha – Nya, atas berkah dan anugerah – Nyalah maka penyusunan laporan individu dengan judul “ Peran Perawat Dalam Penanggulangan Masalah Keperawatan Pada Klien Lansia Ibu Jaikem Dengan Post Operasi Katarak Di Wisma Pandu, PSTW “ Bahagia” Magetan tanggal 03 – 07 Desember 2001” ini dapat penulis selesaikan.
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada pihak – pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan , motivasinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
1. Bapak Joni Hariyanto, SKp dan Ibu Esty Yunitasari, SKp selaku pembimbing atas masukan dan bimbingannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Drs. Fadli Havera beserta seluruh staf pengelola PSTW “ Bahagia” Magetan atas kesempatan dan ijinnya sehinggapenulis bisa mengenyam praktek di panti tersebut.
3. Seluruh Pendamping wisma dan pekerja sosial atas bantuannya baik secara moriil maupun material kepada penulis sehingga kegiatan praktek keperawatan gerontik ini dapat berjalan dengan baik.
4. Seluruh rekan – rekan mahasiswa seangkatan atas bantuan dan dukungannya sehingga penyusunan laporan ini terselesaikan tepat waktu.
Tak lupa penulis mohon maaf apabila selama mengenyam praktek keperawatan gerontk ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja kepada seluruh pihak.
Demikian penghantar ini penulis sajikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Atas masukan dan sarannya sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan ini menjadi lebih sempurna.

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman judul..................………................................................................... i
Halaman Judul Dalam............................................………............................. ii
Kata Pengantar................................................................................… iii
Daftar Isi............................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Tujuan Kegiatan................................................................... 3
1.3 Manfaat.................................................................................. 3
1.4 Sistematika Laporan............................................................ 3
BAB 2 KONSEP TEORI......................................................................... 5
2.1 Konsep Teori Lansia........................................................... 5
2.2 Konsep Penyakit Katarak................................................... 11
2.3 Konsep AsuhanaKeperawatan Pada Pasien
Dengan Post Operasi Katarak........................................... 13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................... 20
3.1 Pengkajian............................................................................ 20
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan
Prioritas Keperawatan.......................................................... 26
3.3 Perencanaan........................................................................ 28
3.4 Implementasi........................................................................ 34
3.5 Evaluasi................................................................................. 35
BAB 4 PENUTUP................................................................................... 36
4.1 Kesimpulan........................................................................... 36
4.2 Saran..................................................................................... 36
Daftar Pustaka...................................................................................... 37
Lampiran – lampiran............................................................................. 38
Satuan Acara Penyuluhan................................................................... 38
Lampiran Materi: Perawatan Mata Post Operasi Katarak..................... 41

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil ynag positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan eknomi, perbaikan linkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Peningkatan umur harapan hidup masyarakat di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Angka Harapan Hidup di Indonesia
I. TAHUN Laki-laki Perempuan Total
1971
1980
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020 44,2
50,6
58,1
61,5
63,3
64,9
66,4
67,7
69,0 47,2
53,7
61,5
65,4
67,2
68,8
70,4
71,7
73,0 45,7
52,2
59,8
63,5
65,3
66,9
68,4
69,8
71,7
Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir

Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata – rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah “Baby Boom” pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan penduduk lanjut usia”.
Menurut penelitian yang dilakukan terhadap orang lanjut usia di Indonesia yang dilakukan oleh Prof. Dr.R. Boedhi Darmojo, terjadi peningkatan jumlah lanjut usia yang sangat signifikan seperti terlihat dalam tabel berikut:


Tabel 1.1 Demografi Orang Lanjut Usia di Indonesia
Tahun 1980 1985 1990 1995 2000 2020
Total penduduk (55 tahun ke atas) 148 165 183 202 222
a. Total (juta) 11,4 13,3 16 19 22,2 29,12
b. Persentase (%) 7,7 8 8,7 9,4 10 11,09
Harapan hidup 55,30 58,19 61,12 64,05 65-70 70-75
Menurut penelitian Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo

Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat diketahui jumlah dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 1971 – 2020 sesuai pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 – 2020

II. TAHUN Jumlah Lansia Persentase
1971 (a) 5.306.874 4,48%
1980 (b) 7.998.543 5,45%
1990 (c) 11.277.557 6,29%
1995 (d) 12.778.212 6,56%
2000 (d) 15.262.199 7,28%
2005 (d) 17.767.709 7,97%
2010 (d) 19.936.859 8,48%
2015 (d) 23.992.553 9,77%
2020 (d) 28.822.879 11,34%
Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994



Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh:
1) Majunya pelayanan kesehatan
2) Menurunnya angka kematian bayi daan anak
3) Perbaikan gizi dan sanitasi
4) Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit pada lansia juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif).
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I, 1992).
Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para tenaga klinis. Perubahan – perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari – hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek – aspek lain dari kondisi klien lansia.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik, maka pada kesempatan mengenyam tahap profesi ini, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Angkatan II, Gerbong I, diterjunkan secara langsung di Panti Sosial Tresna Werdha “ Bahagia” di Kabupaten Magetan, guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan.

1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan praktek keperawatan gerontik adalah sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik khusunya pada klien lansia dengan post operasi katarak guna meningkatkan status kesehatan klien lansia.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik adalah:
1) Sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik bagi mahasiswa.
2) Membantu meningkatkan status kesehatan lansia melalui pendekatan praktek keperawatan.

1.4 Sistematika Laporan
Sistematika laporan kegiatan ini adalah:
1) Bab 1 Pedahuluan memuat: Latar Belakang, Tujuan Kegiatan, Manfaat an Sistematika Laporan.
2) Bab 2 Konsep Teori memuat: Konsep Lansia, Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Katarak.
3) Bab 3 Asuhan Keperawatan Gerontik memuat: Pengkajian, Perumusan Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
4) Bab 4 Penutup, memuat: Kesimpulan dan Saran.

BAB 2
KONSEP TEORI


Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia, Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Operasi Katarak.

2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2.1.2 Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.

2.1.3 Teori Proses Menua
1) Teori – teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.

e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2) Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen

2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia

2.1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres

2.1.6 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep dir.

3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)


2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit lansia, yaitu :
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Bronkhitis kronis
4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5) Gangguan pada koksa / sendi pangul
6) Anemia
7) Demensia

2.2 Konsep Penyakit Katarak
2.2.1 Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996)

2.2.2 Etiologi
1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda – benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti uveitis.
4) Penyakit sistemis seperti DM.
5) Defek kongenital

2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.

2.2.4 Macam – macam Katarak
1) katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir. Jenisnya adalah:
a) Katarak lamelar atau zonular.
b) Katarak polaris posterior.
c) Katarak polaris anterior
d) Katarak inti (katarak nuklear)
e) Katarak sutural
2) Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
3) Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu:
a) katarak nuklear
Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
b) Katarak kortikal
Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
c) Katarak kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.

Katarak senil dapat dibagi atas stadium:
a) katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
b) katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa.



c) katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d) katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit umum.
5) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.

2.3 Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak
2.3.1 Pengkajian
1) Data Subyektif
a) Nyeri
b) Mual
c) Diaporesis
d) Riwayat jatuh sebelumnya
e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f) Sistem pendukung, lingkungan rumah.
2) Data obyektif
a) Perubahan tanda – tanda vital
b) Respon yang azim terhadap nyeri
c) Tanda – tanda infeksi:
- Kemerahan
- Edema
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Zat purulen
- Peningaktan suhu tubuh
- Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.
d) Ketajaman penglihatan masing – masing mata.
e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;
- kaki kursi, perabot yang rendah
- Tiang infus
- Tempat sampah
- Sandal
g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.

2.3.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan
2) Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh
3) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.
4) Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata.
5) Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan.

2.3.3 Perencanaan
1) Nyeri akut
a) Tujuan: nyeri teratasi
b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi.
c) Intervensi:
• Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
• Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.
Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.
• Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut;
- Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.
• Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan.
Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien.
• Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain.

2) Resiko tinggi terhadap infeksi
a) Tujuan: infeksi tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi.
c) Intervensi:
• Tingkatkan penyembuhan luka:
- Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat.
- Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan
Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan
• Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata:
- Cuci tangan sebelum memulai
- Pegang alat penetes agak jauh dari mata
- Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.
Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.
• Kaji tanda dan gejala infeksi:
- Kemerahan, edema pada kelopak mata
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Materi purulen pada bilik anterior (antara korm\nea dan iris)
- Peningkatan suhu
- Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif)
Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
• Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari).
Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.
• Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan.
Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi.

3) Resiko tinggi terhadap cidera
a) Tujuan: Cidera tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat.
c) Intervesi:
• Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.
Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan.
• Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya.
- Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.
- Singkrkan sedotan dari baki.
- Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna.
Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi.
• Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh.
Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh.
• Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk kemungkinan bahaya.
- karpet yang tersingkap.
- Kabel listrik yang terpapar.
- Perabot yang rendah
- Binatang peliharaan
- Tangga
Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang.

4) Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik
a) Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada rencana pemulangan.
c) Intervensi:
• Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah pembedahan.
- Membaca
- Menonton televisi
- Memasak
- Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan
- Mandi siram atau mandi di bak mandi.
Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek negatifnya.
• Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:
- Berbaring pada sisi yang dioperasi
- Membungkuk melewati pinggang
- Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.
- Mandi
- Mengedan selama defekasi.
Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien.
• Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok mata dan menjaga balutan serta pelindung protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah operasi.
Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko kontaminasi oleh mikroorganisme di udara.
• Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat – obatan yang diresepkan.
- Nama, tujuan dan kerja obat.
- Jadwal, dosis (jumlah dan waktu)
- Teknik pemberian
- Instruksi atau kewaspadaan khusus
Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat.
• Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala berikut:
- Kehilangan penglihatan
- Nyeri pada mata
- Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan cahaya atau mengeras)
- Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat.
Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular, perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain.
• Instruksikan untuk menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang dielmbabakan dengan larutan irigasi mata).
Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber mikroorganisme.
• Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang adekuat, dengan adwal yang ditentukan oleh ahli bedah. Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian pertamanya sebelum pulang.
Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi.
• Sediakan instruksi tertulis pada waktu klien pulang.
Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan.

2.3.4 Pelaksanaan
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien.

2.3.5 Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.

BAB 3
A S U H A N K E P E R A W A T A N
PADA KLIEN LANSIA IBU JAIKEM DENGAN POST OPERASI KATARAK
DI WISMA PANDU, PSTW “BAHAGIA” MAGETAN
TANGGAL 03 – 07 DESEMBER 2001


3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2001 pada pukul 11.30 WIB samapi dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama : J A I K E M
b) Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1916
c) Pendidikan terakhir: tidak sekolah
d) Agama: Islam
e) Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak
f) TB/BB: 140 cm / 33 kg
g) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.
h) Ciri – ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih.
i) Alamat: Sepanjang, Surabaya
j) Orang yang dekat dihubungi: adik klien
k) Hubungan dengan klien: adik kandung.

2) Riwayat keluarga






Keterangan:
= laki - laki = klien Ibu Jaikem

= perempuan = Tinggal sendiri di panti

= meninggal
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber – sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: --
4) Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan.
5) Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain untuk menengok teman – temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman – temannya yang lain.
6) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta keberadaan teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien sangat membantu pegawasan kesehatan klien.
7) Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla.
8) Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa seat – sehat saja. Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative : Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari langsung atau baru bangun tidur.
Quality : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata kiri terasa panas dan berair.
Region : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala
Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.
Timming : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari langsung.
Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari perawat panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka pada post operasi serta pantangan – pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi setelah dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien belum memahami beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat – obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 3x1
Satus imunisasi: --
Alergi terhadap obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu, cuaca tidak ada pada klien.
9) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri pada luka post operasi kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret pada mata kiri klien.
Psikologis kien meliputi:
• Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa wajar karena umurnya sudah tua.
• Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain.
• Emosi klien stabil
• Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris eringnya klien mengunjungi teman – temannya di wisma yang lain.
• Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap kehidupan di luar panti sudah tidak menarik lagi baginya, klien ingin menghabiskan hari tuanya di panti. Klien mengatakan senang tinggal di panti karena mendapatkan keteraturan dalam hal makan, istirahat dan kebutuhan lain terpenuhi.
10) Tinjauan sistem
a) Keadaan umum: baik, klien tampak bersih.
b) Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)
c) Skala koma glasgow: 15
d) Tanda – tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80C, RR: 18 x/mnt; TD: 130/80 mmHg.
e) Sistem kardiovaskuler:
- Inspeksi: keadaan umum terlihat baik
- Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung.
- Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain.
- Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara lain menyertai.
f) Sistem pernafasan:
- Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan otot dada (-)
- Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus kordis teraba.
- Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang
- Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-)
g) Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (+), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik.
h) Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, jumlah baias (100 cc). Ngompol (-)
i) Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis (-), kemampuan menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.

j) Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar.
k) Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
l) Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti ditambah dengan kadang – kadang minum kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak tinggal di panti. BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan an mengunyah makanan.
m) Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.
n) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi klien mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan klien juga mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.


11) Status kognitif/afektif/sosial
a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10, fungsi intelektual utuh.
b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif dari fungsi mental dalam keadaan baik.
c) Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan – raguan, kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda – tanda depresi pada klien.
d) Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial klien dalam kedaan normal.
12) Data penunjang
Hasil pemeriksaan gluko test (-)

3.1.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1.
















2.













3. DS:
- Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
- Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur.
- Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll.

DO:
- Mata kiri berair, hiperemis(+)
- IOL (+)

DS:
- Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala.
- Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran.

DO:
- Sekret pada mata kiri (+).
- Mata kiri berair(+)
- Riwayat post op katarak 16 hari yll.

DS:
- Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu.
- Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.

DO:
- Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
- Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.

Interupsi pembedahan katarak pada mata kiri.














Peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak.








Keterbatasan penglihatan. Nyeri

















Resiko infeksi













Resiko cidera

3.1.3 Perumusan Masalah
1) Nyeri
2) Resiko infeksi
3) Resiko cidera

3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan Prioritas keperawatan
3.2.1 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai dengan:
DS:
- Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
- Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur.
- Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll.
DO:
- Mata kiri berair, hiperemis(+)
- IOL (+)

2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala.
- Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran.
DO:
- Sekret pada mata kiri (+).
- Mata kiri berair(+)
- Riwayat post op katarak 16 hari yll.

3) Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu.
- Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.
DO:
- Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
- Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.

3.2.2 Proritas Keperawatan
1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai dengan:
DS:
- Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
- Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur.
- Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll.
DO:
- Mata kiri berair, hiperemis(+)
- IOL (+)

2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala.
- Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran.
DO:
- Sekret pada mata kiri (+).
- Mata kiri berair(+)
- Riwayat post op katarak 16 hari yll.

3) Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu.
- Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.
DO:
- Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
- Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.


3.3 Perencanaan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
1.









































2.








































3.
Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri.






































Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak.



































Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, nyeri berkurang ditandai dengan:
- Nyeri berkurang.
- Istirahat tidur tercukupi 8 jam.
- Mata tidak berair dan tidak merah.






























Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, infeksi tidak terjadi ditandai dengan:
- Penyembuhan luka insisi tanpa infeksi.
- Kemerahan (-)
- Edema kelopak mata (-)
- Drainase pada kelopak mata (-)
- Materi purulen (-)
- Peningkatan suhu tubuh (-)
























Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, cidera tidak terjadi ditandai dengan:
- Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat.
• Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif dengan tidur dalam posisi ½ duduk.

• Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut;
- Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
• Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan.

• Observasi nyeri terutama bila disertai mual.


• Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:
- Berbaring pada sisi yang dioperasi
- Membungkuk melewati pinggang
- Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.
- Mandi
- Mengedan selama defekasi.




• Tingkatkan penyembuhan luka:
- Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat.
• Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata:
- Cuci tangan sebelum memulai
- Pegang alat penetes agak jauh dari mata
- Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.
Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
• Kaji tanda dan gejala infeksi:
- Kemerahan, edema pada kelopak mata
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Materi purulen pada bilik anterior (antara korm\nea dan iris)
- Peningkatan suhu
- Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif)
• Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari).

• Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya:
- Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.
- Pastikan pintu dan laci tertutup atau terbuka dengan sempurna.
• Tinggikan tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh.
• Membantu memberikan kenyamanan dan mengurangi tekanan pada bola mata.


• Beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.





• Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien.
• Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain.
• Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien.

• Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan

• Teknik aseptik meminimialkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.







• Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.










• Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.



• Gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata dapat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan edalaman persepsi.

• Tindakan ini dapat mengurangi resiko terjatuh.


Klien melaporan adanya pengurangan nyeri yang progresif ditandai dengan:
- Nyeri berkurang.
- Istirahat tidur tercukupi 8 jam.
- Mata tidak berair dan tidak merah.




























Infeksi tidak terjadi ditandai dengan:
- Kemerahan (-)
- Edema kelopak mata (-)
- Drainase pada kelopak mata (-)
- Materi purulen (-)
- Peningkatan suhu tubuh (-)




























Cidera tidak terjadi. Klien tidak mengalami cidera atau trauma jarigan selama dirawat.



3.4 Implementasi
Waktu/tgl Implementasi Evaluasi
4 – 12 – 2001
09.00








5 – 12 – 2001
09.30











5 – 12 – 2001
11.00









5 – 12 – 2001
12.30




6 – 12 – 2001
09.00

• Memberikan HE pentingnya:
- Pembatasan aktifitas.
- Asupan gizi dan minum yang memadai (makan 1 porsi habis).
- Mengurangi paparan terhadap sinar matahai atau kontak langsung dengan benda alergen.

• Mengevaluasi lingkungan kamar tidur klien:
- Penempatan benda – benda di meja.
- Kebersihan lantai kamar.
- Memasang gorden untuk mengurangi paparan terhadap snar matahari.





• Mengajarkan teknik perawatan kebersihan mata:
- Cara membersihkan sekret.
- Cara meneteskan obat tetes mata.
- Menggunakan pelindung mata bila keluar wisma di siang hari.


• Mengatur posisi tidur klien berbaring ke sisi mata yang tidak dioperasi.


• Melatih relaksasi untuk mengurangi rasa sakit pada mata kiri. • Klien kooperatif.
• Klien berjanji akan selalu mengahbiskan porsi makanannya.Klien banyak bertanya tentang nyeri yang dirasakannya.


• Klien marapikan meja kecil di samping tempat tidur.
• Klien menata barang – barang (gelas, piring, sendok) di atas tempat tidur.
• Gorden telah terpasang.
• Lantai kamar disapu dan dipel oleh petugas.

• Klien bersemangat belajar memebrsihkan sekret mata.Klien dapat meneteskan obat tetes mata sendiri dibantu oleh teman sekamarnya.
• Klien sudah punya kacamata pelindung sinar matahari.

• Klien berbaring ke posisi sebelah kanan, kadang berganti posisi dengan semi fowler.

• Klien tampak kesulitan mengikuti instruksi, tetapi mau mencoba unutk berlatih.






3.5 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1.








2.








3.
Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri.






Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak.





Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan.

S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri sudah agak berkurang, klien sudah dapat istirahat dengan baik.
O: Mata berair (-), kemerahan (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma.

S: Klien mengatakan matanya sudah tidak panas lagi,berair (-)
O: mata berair (-), kemerahan (-), sekret (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma.

S: Klien mengatakan penglihatannya sudah lebih terang.
O: Klien berjalan ke luar wisma tanpa dibimbing dan tanpa memakai tongkat.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma.


BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam konteks peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha “Bahagia” Magetan dari tanggal 03 – 07 Deseber 2001, mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk membina satu orang klien lansia yang memiliki masalah kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai pada tahap evaluasi guna mengetahui perkembangan kesehatan klien lansia secara komprehensif.

4.2 Saran
1) Bagi institusi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha “Bahagia” Magetan.
Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah disepakati guna meningkatkan fungsi dan peran panti secara optimal.
2) Bagi pembimbing PSIK FK Unair Surabaya
Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta bimbingannya guna membantu mahasiswa menjalani proses praktek keperawatan gerontik dengan lebih baik sesuai target pencapaian yang ingin diraih.
3) Bagi mahasiswa sendiri
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna mnegembangkan konsep asuhan keperawatan gerontik secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA


Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup Lanjut Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company. Boston

Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta

Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta

...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I. Depkes Ri. Jakarta

...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan II. Depkes Ri. Jakarta

Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta

Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri

Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Materi : Perawatan Mata Post Operasi Katarak
Sasaran : Ibu Jaikem
Waktu : 30 menit
Tempat : Wisma Pandu, PSTW “Bahagia” Magetan



1. Analisis Situasi
Klien Ibu Jaikem riwayat operasi katarak pada mata kiri 16 hari yang lalu. Pada saat pengkajian Ibu jaikem mengeluh mata kiri terasa nyeri menyebar sampai ke kepala dan terasa panas. Mahasiswa juga melihat adanya penumpukan sekret pada mata kiri post op, mata kemerahan (+), keterbatasan penglihatan (+) lk. 50 meter.

2. Latar Belakang
Katarak merupakan suatu penyakit akibat kekeruhan pada lensa yang mengakibatkan terjadinya penurunna fungsi penglihatan secara progresif. Pada lanjut usia masalah penyakit katarak merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi pada klien. Untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan klien sehingga klien dapat seaksimal mungkin memenuhi kebutuhan aktivitas dan pemenuhan kebutuhan sehari – hariinya secara mandiri, maka perlu kiranya dilakukan suatu pendidikan kesehatan agar klien dapat memahami pentingnya melakukan perawatan mata post operasi serta mampu melakukan perawatan mata post operasi secara mandiri.

3. Tujuan
3.1 Tujuan umum
Agar klien mampu melakukan perawatan mata post operasi secara mandiri.
3.2 Tujuan khusus
a) Klien mampu memahami pentingnya melakukan perawatan mata post operasi secara teratur.
b) Klien mampu mengenal pembatasan aktifitas yang sementara harus diperhatikan.
c) Klien mampu melakukan perawatan mata secara mandiri.


4. Materi
4.1 Tujuan perawatan mata post operasi
4.2 Pembatasan aktifitas sementara
4.3 Teknik perawatan mata post operasi

5. Metode
Diskusi dan tanya jawab.

6. Kegiatan
No Tahap kegiatan Kegiatan
1.




2.








3. Pembukaan (5’)




Isi dan pengembangan (15’)







Penutup (10’) • Menyampaikan salam.
• Mengingatkan kontrak kemarin untuk mengadakan kegiatan diskusi.
• Menyampaikan tujuan kegiatan.

• Menjelaskan tujuan perawatan mata post operasi
• Menjelaskan pembatasan aktifitas sementara yang harus dilakukan klien.
• Memberi kesempatan untuk bertanya.
• Mengajarkan teknik perawatan mata post operasi secara sederhana.
• Memberi kesempatan redemonstrasi

• Memberi kesempatan bertanya.
• Menyimpulkan kegiatan bersama klien.
• Menutup kegiatan denagn ucapan salam.


7. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara lisan dan redemonstrasi.
8. Daftar Pustaka
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta





Penyusun,
Mahasiswa PSIK II, Gerbong I,




Ni Wayan Dewi Tarini
NIM. 019930093 B

Lampiran Materi

PERAWATAN MATA POST OPERASI KATARAK
BAGI KLIEN LANSIA DENGAN KATARAK



1. Tujuan perawatan mata post operasi katarak
a) Mencegah terjadinya resiko infeksi akibat interupsi pembedahan pada mata yang katarak.
b) Meningkatkan kemampuan penglihatan secara optimal.
c) Menunjang pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari – hari secara mandiri.

2. Pembatasan aktifitas sementara bagi klien post operasi katarak
a) Berbaring atau tidur pada sisi yang dioperasi
b) Mengangkat beban berat > 10 kilogram
c) Membungkuk melewati pinggang.
d) Mandi keramas
e) Mengedan
f) Melakukan pijatan atau memijat.
g) Mengucek – ucek atau menggosok – gosok mata.
h) Terpapar sinar matahari secara langsung.

3. Teknik perawatan mata post operasi katarak secara sederhana
a) Alat dan bahan yang diperlukan:
- Air hangat kuku dalam tempat yang bersih.
- Boorwater kalau ada.
- Kapas bersih
- Handuk bersih
- Obat salp mata

b) Persiapan sebelum melakukan perawatan mata
- Cuci tangan sebelum melakukan perawatan mata.
- Rapikan rambut agar tidak mengenai mata

c) Cara perawatan mata secara sederhana
- Basahi kapas dengan air hangat atau boorwater, peras sedikit supaya kapas tidak terlalu basah.
- Usapkan kapas secara perlahan – lahan kepada mata yang akan dibersihkan dengan cara mengusap dari bagian dalam mata ke arah luar dengan sekali usapan. Bila kapas dirasa telah kotor, ganti dengan yang baru,
- Setelah bersih, keringkan mata dengan cara mengusap perlahan – lahan dengan handuk bersih atau dengan cara menekan – nekan secara perlahan – lahan serta kelopak mata menutup.
- Beri obat salp mata, tunggu sampai meresap.
- Hindari dari paparan sinar matahari langsung atau dari zat alergen lain.